Pesatnya usaha budidaya perikanan di Indonesia utamanya dalam bidang pembenihan ikan, udang ataupun serangga
menyebabkan peranan pakan alami semakin besar khususnya fitoplankton sebagai makanan awal bagi larva ikan (initial feed).
Ketersediaan fitoplankton yang sesuai jumlah maupun mutunya serta kesinambunganya merupakan salah satu penyebab yang menentukan kelangsungan hidup larva ikan. Setiap usaha pembenihan, teknik kultur fitoplankton secara
terkontrol harus benar-banar dikuasai sehingga kegagalan pemeliharaan larva yang disebabkan
oleh kekurangan pakan alami bisa dihindari.
Fitoplankton adalah organisme berukuran renik, yang memiliki gerakan sangat lemah, fitoplankton hanya bergerak mengikuti arus, dan bisa melakukan proses fotosintesis karena dalam tubuhnya memiliki klorofil. sebagian besar fitoplankton terdiri dari alga (ganggang) bersel satu yang berukuran renik. Tetapi, ada juga beberapa dantaranya yang suka membentuk koloni.
Fitoplanton merupakan produsen utama (primer) di perairan karena dapat mengolah bahan-bahan anorganik yang ada di
lingkungannya menjadi bahan organik lewat proses fotosintesis.
Perkembangbiakannya cepat sekali melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya bisa didorong dengan memperbanyak kandungan bahan anorganik melalui pemupukan.
Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk anorganik maupun pupuk organik atau bisa juga pupuk buatan.
.
Pupuk anorganik terdiri dari pupuk pupuk fosfat (TSP, amofos), nitrogen (Urea, Za), pupuk kalium (KC1), dan pupuk
majemuk (NPK). Pupuk anorganik buatan pabrik terdiri dari bahan-bahan mineral
sehingga dalam penggunaannya lebih cepat bereaksi dengan media budidaya daripada pupuk organik. Jika takarannya berlebihan, dapat
mematikan fitoplankton yang dipupuk karena terjadi pengerutan cairan sel
(plasmolisis).
Organisme ini bisa tumbuh dengan baik di
kolam atau tambak yang memiliki tanah dasarnya lunak, kedalaman air sekitar 60-100 cm,
dan kadar garam maksimal 25 ppt. Laju pertumbuhannya bisa dipercepat dengan pemberian
pupuk dasar, yaitu terdiri dari pupuk kandang (1000 kg/ha), dedak (200 kg /ha),
urea (40 kg /ha), dan TSP (30-40 kg/ha).
Supaya pertumbuhannya bisa berlanjut
selama waktu pemeliharaan ikan, secara berkala, kolam
pemeliharaan fitoplankton perlu dipupuk ulang, misalnya seminggu sekali, dalam lanjutan pemupukan ini, pupuk kandang diberikan (300 kg/ha), pupuk urea (20 kg /ha), dan TSP (10
kg/ha).
Fitoplankton sangat baik untuk dikonsumsi burayak dan benih ikan, kepiting, udang dan juga kerang-kerangan. Selain dapat dimakan dan disukai oleh ikan-ikan pemakan plankton, fitoplankton juga diperlukan oleh
ikan-ikan besar seperti ikan yang dibudidaya dalam tambak, bandeng dan mola.
Fitoplankton yang
tumbuh di di tambak atau kolam antara lain anggota-anggota dari ganggang hijau,
misalnya Selanastrum, Chlorella, dan Scenedesmun. Contoh fitoplankton dari
kelas Flagellata, seperti Chlamydomonas,Tetaselmis, naliella dan Isochrysis. yang termasuk anggota Diatomeae contohnya;Synedra, Cyclotella,Nitzschia, Navicula, Skeletonema dan Chaetoceros.
Beberapa jenis fitoplankton itu bisa dikulturkan secara intensif dan massal. Jenis fitoplankton
yang telah dapat dibudidayakan antara lain Chaetoceros,
Skeletonema, Tetraselmis, Dunaliella, Isochrysis, Chlorella, Spirulina dan Nannochloropis.